Nonton Save Our Nation yang ditayangkan Metro TV kemarin malam? Talk show yang menampilkan narasumber Bapak Chappy Hakim (mantan Kepala Staf Angkatan Udara Indonesia), mengambil topik tentang situasi penerbangan nasional saat ini. Kesimpulannya, penerbangan nasional saat ini sangat menyedihkan, mulai dari sumber daya manusia, manajemen perusahaan aviasi, hingga pemerintah sebagai regulator penerbangan nasional.
Banyak kecelakaan pesawat terbang terjadi di Indonesia dengan perbandingan 5 dari 1.000.000 kali penerbangan dalam kurun waktu antara tahun 2000-2008. Angka tersebut merupakan angka yang tinggi dalam dunia penerbangan, karena jumlah kecelakaan di penerbangan internasional hanya nol koma sekian-sekian. Dalam acara tersebut, pak Chappy juga menyebutkan salah satu contoh kasus Tambolaka sebagai kecelakaan pesawat terbang yang menurut beliau merupakan kecelakaan yang sangat bodoh.
Masih ingat kasus tersebut?
Salah satu pesawat Adam Air yang direncanakan terbang dari Jakarta menuju Makasar ternyata mendarat di Tambolaka, Nusa Tenggara Timur. Alasan beliau berpendapat kecelakaan paling bodoh adalah karena mengapa pesawat yang telah dilengkapi berbagai peralatan canggih atau istilahnya pak Habbie hi-tech, bisa kesasar salah mendarat. Yang seharusnya mendarat di Makasar atau ke arah utara, justru malah mendarat di Tambolaka yang berada di arah selatan. Selain itu, bandara di Tambolaka juga tidak layak digunakan untuk pesawat berbadan lebar jenis Boeing 737 karena panjang runway (landas pacu) tidak sesuai dengan spesifikasi landas pacu pesawat tersebut.
Kejadian tersebut tidak hanya berhenti sampai di situ, pihak Adam Air justru mengirim bantuan pesawat sejenis untuk mengangkut penumpang pesawat naas tersebut menuju Makasar. Yang lebih gila lagi, pesawat yang kesasar tersebut justru terbang tanpa ijin meninggalkan Tambolaka menuju Makasar sebelum diperiksa oleh tim Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Pak Chappy juga menyebutkan penyebab peristiwa tersebut adalah karena salah satu komponen pesawat yang harus diganti namun tidak juga diganti padahal telah mengalami kerusakan lebih dari 100 kali. Bahkan diduga kuat juga sebagai salah satu penyebab hilangnya pesawat Adam Air di perairan Majene Sulawesi pada awal tahun baru 2008.
Larangan terbang ke daratan Eropa oleh komisi Uni Eropa bagi seluruh maskapai penerbagan indonesia menindak lanjuti 121 pelanggaran yang ditemukan oleh tim International Civil Aviation Organization (ICAO) semakin mencoreng dunia penerbangan nasional. Tidak hanya itu, Federal Aviation Administration (FAA) atau badan pengawas penerbangan Amerika Serikat menurunkan level penerbangan Indonesia ke level penerbangan yang tidak aman. Menurut pak Chappy, salah satu pelanggaran yang paling berat dari 121 temuan ICAO adalah terletak pada pemerintah sebagai regulator penerbangan nasional. "Seharusnya Adam Air langsung dicabut ijin operasinya saat kasus Tambolaka", ucap pak Chappy sebagai salah satu contoh ketidakberesan pemerintah dalam mengelola penerbangan naional.
Dalam acara tersebut, pak Chappy berpendapat ketimbang mengemis ijin dari Uni Eropa, pemerintah sebaiknya menindak lanjuti 121 temuan ICAO tersebut. Apabila 121 temuan tersebut telah ditindaklanjuti, tidak ada alasan lagi bagi Uni Eropa untuk melarang maskapai nasional mendarat di Eropa. Pak Chappy juga menyarankan agar dibentuk sebuah lembaga independen untuk mengawasi peerbangan nasional, pemberian sertifikasi baik bagi para pilot dan manajemen penerbangan.
Dilema, di saat semakin meningkatnya industri penerbangan nasional namun tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas para penyelenggara penerbangan. Ingin murah tapi seakan-akan nyawa taruhannya. Para penyelenggara jasa penerbangan lebih memilih meraih keuntungan dengan tidak mengikuti peraturan keselamatan terbang yang telah ditetapkan ketimbang mengutamakan pelayanan dan keselamatan terbang bagi konsumen penerbangan.
Jadi sudah saatnya pemerintah segera bertindak untuk menyelamatkan penerbangan nasional guna menyelamatkan harga diri bangsa yang telah diinjak-injak oleh pihak asing.
Banyak kecelakaan pesawat terbang terjadi di Indonesia dengan perbandingan 5 dari 1.000.000 kali penerbangan dalam kurun waktu antara tahun 2000-2008. Angka tersebut merupakan angka yang tinggi dalam dunia penerbangan, karena jumlah kecelakaan di penerbangan internasional hanya nol koma sekian-sekian. Dalam acara tersebut, pak Chappy juga menyebutkan salah satu contoh kasus Tambolaka sebagai kecelakaan pesawat terbang yang menurut beliau merupakan kecelakaan yang sangat bodoh.
Masih ingat kasus tersebut?
Salah satu pesawat Adam Air yang direncanakan terbang dari Jakarta menuju Makasar ternyata mendarat di Tambolaka, Nusa Tenggara Timur. Alasan beliau berpendapat kecelakaan paling bodoh adalah karena mengapa pesawat yang telah dilengkapi berbagai peralatan canggih atau istilahnya pak Habbie hi-tech, bisa kesasar salah mendarat. Yang seharusnya mendarat di Makasar atau ke arah utara, justru malah mendarat di Tambolaka yang berada di arah selatan. Selain itu, bandara di Tambolaka juga tidak layak digunakan untuk pesawat berbadan lebar jenis Boeing 737 karena panjang runway (landas pacu) tidak sesuai dengan spesifikasi landas pacu pesawat tersebut.
Kejadian tersebut tidak hanya berhenti sampai di situ, pihak Adam Air justru mengirim bantuan pesawat sejenis untuk mengangkut penumpang pesawat naas tersebut menuju Makasar. Yang lebih gila lagi, pesawat yang kesasar tersebut justru terbang tanpa ijin meninggalkan Tambolaka menuju Makasar sebelum diperiksa oleh tim Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Pak Chappy juga menyebutkan penyebab peristiwa tersebut adalah karena salah satu komponen pesawat yang harus diganti namun tidak juga diganti padahal telah mengalami kerusakan lebih dari 100 kali. Bahkan diduga kuat juga sebagai salah satu penyebab hilangnya pesawat Adam Air di perairan Majene Sulawesi pada awal tahun baru 2008.
Larangan terbang ke daratan Eropa oleh komisi Uni Eropa bagi seluruh maskapai penerbagan indonesia menindak lanjuti 121 pelanggaran yang ditemukan oleh tim International Civil Aviation Organization (ICAO) semakin mencoreng dunia penerbangan nasional. Tidak hanya itu, Federal Aviation Administration (FAA) atau badan pengawas penerbangan Amerika Serikat menurunkan level penerbangan Indonesia ke level penerbangan yang tidak aman. Menurut pak Chappy, salah satu pelanggaran yang paling berat dari 121 temuan ICAO adalah terletak pada pemerintah sebagai regulator penerbangan nasional. "Seharusnya Adam Air langsung dicabut ijin operasinya saat kasus Tambolaka", ucap pak Chappy sebagai salah satu contoh ketidakberesan pemerintah dalam mengelola penerbangan naional.
Dalam acara tersebut, pak Chappy berpendapat ketimbang mengemis ijin dari Uni Eropa, pemerintah sebaiknya menindak lanjuti 121 temuan ICAO tersebut. Apabila 121 temuan tersebut telah ditindaklanjuti, tidak ada alasan lagi bagi Uni Eropa untuk melarang maskapai nasional mendarat di Eropa. Pak Chappy juga menyarankan agar dibentuk sebuah lembaga independen untuk mengawasi peerbangan nasional, pemberian sertifikasi baik bagi para pilot dan manajemen penerbangan.
Dilema, di saat semakin meningkatnya industri penerbangan nasional namun tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas para penyelenggara penerbangan. Ingin murah tapi seakan-akan nyawa taruhannya. Para penyelenggara jasa penerbangan lebih memilih meraih keuntungan dengan tidak mengikuti peraturan keselamatan terbang yang telah ditetapkan ketimbang mengutamakan pelayanan dan keselamatan terbang bagi konsumen penerbangan.
Jadi sudah saatnya pemerintah segera bertindak untuk menyelamatkan penerbangan nasional guna menyelamatkan harga diri bangsa yang telah diinjak-injak oleh pihak asing.
Comments